PATI – Buah kelapa kopyor menjadi produk perkebunan unggulan Kabupaten Pati. Buah ini selalu menjadi buruan konsumen. Rasanya yang khas dan unik mampu memikat siapa pun yang mencicipi.
Kelapa kopyor masuk dalam 10 komoditas unggulan non padi. Pemerintah Kabupaten Pati menaruh perhatian lebih terhadap komoditas ini untuk lebih berkembang dan maju.
Kelapa kopyor merupakan buah kelapa yang memiliki kelainan genetik. Ciri kelainan ini adalah daging buahnya yang empuk, dan terlepas dari tempurungnya, jumlah airnya pun sedikit.
Tanaman kelapa kopyor tumbuh subur di wilayah pesisir utara Kabupaten Pati. Mulai dari Kecamatan Margoyoso, Tayu, hingga Dukuhseti. Sepanjang jalan di desa-desa tersebut, kita akan disuguhi pemandangan pohon kelapa yang tumbuh di pekarangan rumah.
Kabupaten Pati menjadi surganya kelapa kopyor. Tiap bulan ribuan biji kelapa kopyor dikirim untuk memenuhi kebutuhan pasar luar kota, seperti Jakarta, Bandung, hingga ke Denpasar Bali.
Salah satu petani kelapa kopyor, Ismail mengungkapkan, kopyor dari Kabupaten Pati dinilai cukup istimewa. Karena itu permintaannya selalu tinggi, konsumen mengaku lebih senang produk kopyor dari Pati.
“Konsumen lebih senang dengan kopyor dari Pati. Tidak jarang kami sampai kesulitan untuk memenuhi permintaan konsumen yang tinggi,” jelas pria yang juga mengelola wisata petik kopyor di Desa Kenanti Kecamatan Dukuhseti ini.
Kelapa kopyor telah masuk ke pasar-pasar luar kota. Di Kabupaten Pati ada sekitar belasan pedagang kelapa kopyor. Mereka rata-rata mendapatkan kopyor dari para tukang totok alias pemanjat kelapa,tukang totok berkeliling dari satu tempat ke tempat lain, untuk mencari buah kelapa kopyor.
“Kelapa kopyor bagi sebagian masyarakat Pati, telah menjadi sumber penghasilan yang lumayan, selain bertani di sawah. Harganya dua kali lipat lebih mahal. Namun buahnya langka. Dalam satu pohon tidak semuanya bisa menjadi kelapa kopyor,” imbuhnya.
Harga satu butirnya, berkisar antara 30 hingga 50 ribu. Kelapa kopyor sendiri tidak mengenal musim, hampir setiap hari ada saja buahnya. Pohonnya sendiri bisa produktif hingga puluhan tahun, sebuah sumber penghidupan yang menjanjikan.
Kemasyhuran kelapa kopyor Pati terbukti dengan banyaknya pihak yang berminat ikut menanam kelapa kopyor. Baru-baru ini sejumlah petani dari Yogyakarta bahkan sampai harus studi banding ke Desa Ngagel Kecamatan Dukuhseti untuk mengembangkan kelapa kopyor di daerahnya. Pekan kemarin mereka mengunjungi agrowisata Omah Kopyor di Desa Ngagel, Kecamatan Dukuhseti.
Puluhan petani asal Dukuh Naungan, Desa Selopamioro yang tergabung dalam kelompok Tani Lestari Mulyo bersama Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY mengunjungi salah satu sentra kelapa kopyor di Desa Ngagel.
Kasi Produksi Tanaman Perkebunan DPKP DIY, Bambang Budiadi melihat potensi agrowisata kelapa kopyor yang dipadukan dengan sajian kuliner sangat menjanjikan. Mengingat di wilayahnya, model wisata seperti ini belum pernah ada.
“Mereka datang jauh-jauh kesini untuk melihat teknis penanaman kelapa kopyor secara langsung. Ternyata agrowisata yang dipadukan dengan kuliner seafood disini sangat menjanjikan. Nantinya kalau di Yogya, bisa kita padukan dengan kuliner ayam ingkung,” jelas Bambang saat mengunjungi Omah Kopyor akhir pekan kemarin.
Menurutnya, kunjungan ke Omah Kopyor di Desa Ngagel murni dari swadaya petani yang ingin mengembangkan agrowisata kelapa kopyor di daerahnya nanti. Harapannya, dengan mengetahui cara penanaman dan perawatan yang benar, nantinya akan mampu meningkatkan perekonomian petani dan mampu bangkit pasca pandemi.
Pihaknya menyebut studi banding itu tepat lantaran kondisi geografis di Naungan hampir sama dengan yang ada di Dukuhseti ini. Sehingga dirinya yakin akan bisa mengembangkan potensi agrowisata kopyor di Yogyakarta. Mengingat, saat ini model wisata seperti ini belum ada di daerahnya. (can)