PATI – Komunitas Jaringan Masyarakat Peduli Sungai Juwana (Jampisawan) konsen dalam misi melestarikan Sungai Juwana. Berbagai kegiatan dilakukan dalam rangka untuk “menyelamatkan” sungai dari kerusakan. Salah satunya mengolah enceng gondong menjadi pupuk organik.
Ketua Jampisawan Sunhadi mengungkapkan bahwa kerja keras organisasinya selama ini menjadi bekal optimis bersaing dalam kompetisi ini. “Nilai berapapun yang penting terbaik pelestarian Sungai Juwana. Yang menjadi fokus Jampisawan sendiri adalah advokasi, dan pengolahan Enceng gondok untuk menjadi pupuk organik,” terang Sunhadi.
Untuk diketahui komunitas ini memiliki produk unggulan yakni pupuk organik. Produk tersebut dari hasil pemanfaatan enceng gondok dari aliran sungai Juwana.
Enceng gondok sendiri menjadi salah satunya penyebab pendangkalan di Sungai Juwana. Sehingga kreatifitas ini menjadi modal saat mengikuti lomba pemilihan komunitas peduli sungai tingkat Provinsi Jawa Tengah.
“Produk yang kami unggulkan adalah pengelohan enceng gondok yang salah satu menjadi penyebab pendangkalan sungai. Enceng gondok kami olah untuk menjadi pupuk organik atau kompos,” lanjutnya.
Dia menilai, selain mengurangi pendangkalan sungai, produk unggulan Jampisawan juga bisa bermanfaat bagi petani. Karena kadungan di dalam enceng gondok mampu mengikat unsur hara di dalam tanah dan bisa mengembalikan kesuburan tanah.
“Sudah lama kami memproduksi itu. Kami akan berusaha memaksimalkan produksi eceng gondok untuk pupuk organik. Karena bisa digunakan untuk media tanam seperti menanam polowijo, sekaligus tanaman pagi. Ini untuk penyuburkan tanah,” terang dia.
Selain mengolah enceng gondok menjadi pupuk organik, Jampisawan juga memberdayakan hasil nelayan sekitar bantaran Sungai Juwana. Yakni membuat produk bermanfaat dari ikan gabus.
“Hasil dari Sungai Juwana kita manfaatkan salah satunya ikan gabus yang dibuat Sari Kutuk. Ini untuk menyembuhkan penyakit luka. Sari kutuk ini manfaatnya sangat bagus untuk kesehatan. Tetapi produksinya masih sesuai kebutuhan,” imbuhnya.
Jampisawan sendiri dikenal sebagai organisasi yang konsen terhadap isu lingkungan. Khususnya dalam menjaga ekosistem di sepanjang aliran Sungai Juwana.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Pati, Tulus Budiharjo mengatakan Jampisawan bukanlah komunitas yang baru lahir. Tulus mengakui kiprah komunitas itu sudah jelas sehingga tidak perlu diranggukan lagi.
“Jampisawan ini bagus karena sudah terpilih di wilayah kerja BBWS di sini. Kita berharap bisa menang. Karena kriteria yang disampaikan tadi sudah lengkap. Ada aktivitas sosial, kemudian ada pengolahan enceng gondok, dan juga advokasi. Administrasi Jampisawan juga terdata,” kata Tulus. [arh]