JAKARTA – Pasca mencabut dukungan dari Anies Baswedan, Partai Demokrat masih belum menentukan sikap untuk bergabung ke koalisasi lain. Selain isu membentuk poros ke-4, beredar isu Partai Demokrat merapat ke kubu Ganjar Pranowo, alias bergabung dengan koalisi PDI Perjuangan yang didalamnya sudah ada PPP.
Namun akan sulit membayangkan jika Partai Demokrat bergabung dengan koalisi PDI Perjuangan untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden 2024. Sebab sudah jauh hari Partai Demokrat menjadi salah satu partai yang cukup getol menyuarakan iede-ide perubahan untuk perbaikan.
Partai Demokrat juga sangat getol mengkritik arah kebijakan Presiden Jokowi. Mulai dari membangun jalan tol hingga proyek besar Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara yang selalu menjadi materi kritikan kepada pemerintah.
Sangat sulit membayangkan jika benar Partai Demokrat akhirnya membelok ke PDI Perjuangan dan mendukung Ganjar Pranowo. Sebab Ganjar Pranowo adalah representasi dari Jokowi. Dia digadang-gadang meneruskan pembangunan yang sudah dimulai oleh Presiden Jokowi. Tentu hal ini akan sangat lucu sekali dan sulit dibayangkan jika benar Partai Demokrat melabuhkan dukungannya ke Ganjar Pranowo itu.
Tapi kembali lagi pada persoalan politik, tidak ada kawan abadi yang ada adalah kepentingan abadi. Berbeda sejauh apapun, jika sama-sama berkepentingan tentu itu yang lebih utama.
Realistis
Dikutip dari Liputan 6, Direktur SCL Taktika Konsultan, Iqbal Themi menyebut, ada baiknya partai pimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) itu berkoalisi dengan PDIP. “Tentu berkoalisi dengan PDIP akan bisa menaikan nilai tawar Demokrat. Karena menjadi mitra koalisi partai penguasa saat ini yang berpotensi memenangi kembali Pemilu 2024,” kata dia.
Menurut Iqbal, terdapat 3 keuntungan yang bisa diperoleh terutama bagi partai Demokrat jika berkoalisi dengan PDIP. Pertama, keuntungan politik. Partai Demokrat jadi lebih punya peluang memenangkan Pilpres 2024. Mengingat elektabilitas Ganjar yang masih lebih unggul dari Prabowo dan Anies. “Jika berujung kemenangan, bukan hal mustahil Demokrat ikut mendapat bagian kue politik. Pos menteri misalnya. Ini keuntungan politik yang prospektif bagi masa depan elektoral partai Demokrat. Sehingga bisa kembali diperhitungkan secara serius,” jelasnya.
Kedua, keuntungan secara publik. Dia menyatakan PDIP dan Demokrat akan sama-sama mendapat apresiasi positif oleh publik secara luas. Karena selama hampir 20 tahun terakhir, dalam dinamika kompetisi politik nasional, PDIP dan Demokrat belum pernah berada dalam satu poros koalisi.
“Maka jika PDIP dan Demokrat berkoalisi, ini akan memberikan pembelajaran politik yang baik bagi publik. Sekaligus menjadi wajah baru dalam dinamika politik kepartaian kita ke depan untuk saling membuka diri mengutamakan persatuan,” tegasnya.
Ketiga, keuntungan konstruktif. Iqbal menjelaskan, koalisi antara PDIP dan Demokrat, bisa menjadi pintu gerbang rekonsiliasi politik dua tokoh pemimpin bangsa, yakni Megawati Soekarnoputri dan Pak Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY.
“Karena membaiknya hubungan politik Bu Mega dan Pak SBY, akan menjadi oase politik yang menyejukan sekaligus bisa membawa suasana politik nasional kita menjadi lebih cair dan penuh riang gembira sebagaimana menjadi harapan masyarakat Indonesia sejak lama,” kata dia. (Aris H)