SOSOK – Menari bukan sekadar seni mengolah gerak tubuh, tetapi juga menjadi bentuk ekspresi diri. Hal ini dirasakan oleh Nanda Lutfiyah, gadis asal Pati berusia 20 tahun yang telah lama menekuni dunia tari. Bagi Nanda, menari adalah cara meluapkan emosi dan menyampaikan perasaan.
Sebagai mahasiswi semester lima Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam di Institut Pesantren Mathali’ul Falah (Ipmafa) Pati, Nanda memandang tarian lebih dari sekadar gerakan indah. “Ketika menari, saya bisa meluapkan segala emosi, baik bahagia, sedih, maupun marah, tanpa orang lain tahu apa yang sebenarnya saya rasakan,” ujarnya.
Nanda mengembangkan bakat menarinya secara otodidak, terinspirasi dari pertunjukan teater yang pernah ia saksikan. Awalnya, ia gemar menulis cerita pendek, namun keinginannya untuk menghidupkan karya-karyanya mendorongnya bergabung dengan teater kampus. Dari sana, ia mulai mendalami elemen tari secara bertahap hingga mahir.
Inspirasi terbesar Nanda dalam dunia tari adalah Madhuri Dixit, seorang penari legendaris asal India. “Saat Madhuri menari, terlihat seluruh perasaannya tercurahkan dalam setiap gerakan. Itu yang saya coba terapkan, menari dengan sepenuh rasa,” ungkap alumni Pondok Pesantren Darussalam Jombang ini.
Kini, Nanda aktif menjadi pelatih tari di Teater Suryapati dan Teater Trisda Pondok, melatih tarian tradisional maupun kontemporer. Selain tampil di berbagai acara di Pati, ia juga kerap diminta mengajar di tempat lain, seperti kampus dan Pondok Darussalam Jombang.
Melalui tari, Nanda tidak hanya menemukan cara mengekspresikan dirinya, tetapi juga berbagi ilmu dan menginspirasi orang lain untuk mengenal seni tari lebih dalam. [ARS]
EDITOR : M MUNIR