BUDAYA, INDOMURIA.COM – Dalam rangkaian Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS) yang digelar Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Pati, banyak cerita tutur khas Jawa. Anak-anak diajarkan cerita luhur lewat pementasan seni tradisi. Salah satunya cerita itu seperti dibawakan oleh siswa SDN Badegan 02 Margorejo.
Lakon itu menceritakan anak-anak yang begitu asyiknya bermain cublak-cublak suweng dan berbagai permainan tradisional lainnya. Di tengah keseruan permainan itu, datanglah Mbah Kakung dan Mbah Putri.
Kehadiran simbah itu disambut hangat oleh anak-anak lantaran membawakan gethuk hangat. Bahkan anak-anak langsung berebut makanan itu. Oleh simbah, mereka kemudian diingatkan untuk tidak berebut. Segala sesuatu harus dibagi merata dan tak perlu ada kerakusan.
Tak terasa, hari beranjak petang, simbah pun mengingatkan agar anak-anak segera pulang. Mbah Putri mengingatkan agar anak-anak tak bermain kelewat waktu maghrib. Sebab jika dilanggar maka akan ada Candikala yang mengintai.
“Namanya anak-anak, muncul rasa ingin memberontak. Mereka menganggap itu takhayul dan tetap nekat untuk melanjutkan bermain,” ujar Beni Dewa, sutradara dalam pertunjukkan tersebut.
Anak-anak memilih bemain dolang delik atau petak umpet. Gendhis, salah seorang anak kalah dan ditinggal bersembunyi teman-temannya. Siapa sangka apa yang diperingatkan simbah benar terjadi.
“Gendhis akhirnya digondol oleh Cadikala. Simbah yang khawatir lantaran cucunya tak juga kembali akhirnya mencari,” tambahnya.
Saat tahu cucunya digondol, dia kemudian mengajak anak-anak yang lain untuk berdoa bersama agar dikembalikan. Mereka kemudian mencari dengan memainkan tongtek. Beruntung doa mereka akhirnya dikabulkan. Gendhis kembali diketemukan.
“Saat itulah Simbah Putri kembali mengingatkan bahwa segala pesan orangtua tentunya memiliki maksud yang baik,” terangnya.
Sri Kasih, kepala SDN Badegan 02 menyebut cerita itu diangkat lantaran ingin mengingatkan kembali cerita luhur yang pernah diajarkan orang-orang tua dulu. Baginya hal itu tentu selaras dengan pendidikan karakter.
“Setidaknya mereka diingatkan untuk tetap ingat waktu dalam bermain. Semua tentu ada batasannya. Selain itu juga ada nilai luhur lainnya seperti untuk rukun dengan teman, berbagi, maupun tidak rakus,”tambahnya.
Sementara itu Sekretaris Disdikbud Kabupaten Pati, Paryanto dalam gelaran GSMS kali ini ada 23 sekolah dengan berbagai kesenian. Mulai dari ketoprak, tari, barongan, hingga teater. Adapula pameran lukisan yang juga hasil dari pembelajaran GSMS.
“Sebagai puncaknya nantinya juga akan ada pentas kolaborasi dari beberapa sekolah dan menggabungkan sejumlah kesenian,”tambahnya. [arh]