.
PATI – Memasuki musim penghujan menjadi berkah tersendiri bagi warga di pinggir hutan jati, mereka ramai-ramai berburu entung yang jatuh dari daun-daun pohon jati.
Puluhan orang tampak bergerombol di hutan jati turut Desa Regaloh-Tlogosari. Mereka tampak memilah daun-daun jati yang kering dan telah jatuh ke tanah.
Dedaunan yang mengering itu terdapat kepompong ulat jati, yang masyarakat sekitar sering menyebutnya entung. Satu per satu, entung itu dimasukkan ke dalam plastik yang mereka bawa dari rumah.
Entung jati banyak muncul ketika daun jati baru tumbuh setelah berguguran saat musim kemarau dan memasuki musim penghujan seperti sekarang ini.
Kegiatan berburu entung ini merupakan aktivitas musiman di daerah tersebut. Tepatnya saat awal musim hujan. Hampir setiap hari, warga beramai-ramai berdatangan masuk ke hutan untuk mencari entung.
Aldi, warga Desa Lahar, Kecamatan Tlogowungu, mengaku sengaja mencari entung bersama dengan teman-temannya untuk dimasak. Dirinya datang ke hutan sejak pagi hari, sekira pukul 08.00 hingga 12.00.
“Sampai rumah entungnya dimasak. Untuk cemilan,” katanya.
“Cara masaknya itu entung dicuci bersih menggunakan air yang mendidih. Kemudian saya siapkan bumbu seperti bawang merah dan bawang putih. Barulah entung itu saya goreng bersama bumbu-bumbu tadi,” lanjut Aldi.
Sementara itu, Maryati, warga Dukuh Pakel, Desa Purwosari, Tlogowungu, menuturkan bahwa dirinya sengaja mencari entung untuk dijual. Dia mengatakan, satu gelas kecil dihargai Rp20 ribu.
Ia menyebut, untuk sekali datang ke hutan mencari entung, biasanya bisa dapat satu hingga dua gelas. “Entung ini saya jual segelasnya Rp20 ribu. Kalau saya dapat entung ya nggak tentu, kadang satu gelas, dua gelas, kadang satu plastik,” paparnya. [CAN]