PATI, INDOMURIA.COM – Para warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Kabupaten Pati mendapat bekal skill membuat roti. Kegiatan positif itu menjadi sarana mengisi waktu selama masa tahanan di balik jeruji besi.
Mereka memproduksi roti dan menjualnya secara luas ke masyarakat umum. Total ada belasan warga binaan yang sudah mengantongi sertifikat pelatihan tata boga, yang dapat membuat aneka jenis roti, di antaranya danish, kompyang, coffee bun, dan roti isi pisang cokelat. Roti-roti itu dikemas cantik dalam plastik bening berlabel “Pas_ti SAE Cake & Bakery”.
Narapidana Pemuka Kegiatan Kerja Lapas Pati, Karji, mengatakan bahwa kegiatan tata boga di sini sudah berlangsung selama dua tahun terakhir ini.
“Alhamdulillah respon dari rekan-rekan warga binaan sangat baik. Mereka mengikuti kegiatan ini untuk menghabiskan waktu secara positif. Di sini kan masa-masa yang sangat jenuh, tapi bisa diisi kegiatan produktif,” ujar narapidana penanggungjawab kegiatan tata boga ini.
Lebih lanjut Karji menambahkan, saat ini kapasitas produksi roti juga terus meningkat. Dari yang awalnya hanya 1-2 kilogram adonan per hari, meningkat jadi 20 kilogram adonan per hari.
“Adonan segitu bisa menghasilkan 800-1000 biji roti. Produksi ini dilakukan setiap hari. Bahkan kalau ada event tertentu bisa sampai 35 kilogram dan kami sampai lembur,” imbuhnya.
Roti produksi warga binaan itu dijual dengan harga yang terjangkau, yaitu Rp 2.500 per bijinya.
Menurut Karji, kegiatan ini bermanfaat, baik bagi warga sekitar, negara, maupun napi sendiri. Bagi masyarakat, selain bisa menikmati produk bakery olahan napi, manfaat lain ialah mengubah pandangan terhadap Lapas.
“Lapas yang dulu dipandang angker dan mengerikan, ternyata bisa menghasilkan produk yang bermanfaat,” ucap dia.
Bagi negara, sebagian hasil penjualan roti memberikan sumbangsih untuk setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Adapun bagi napi, manfaat yang didapatkan selain bagian premi/upah ialah keterampilan kerja.
Pihaknya berharap, ketika sudah bebas nanti, para napi bisa memanfaatkan keterampilan ini untuk bekerja atau berwirausaha. Sehingga mereka tidak terjerumus kembali dengan kegiatan kriminal. [arh]