Gagasan – Ngaji Suluk Maleman mengajak jamaahnya untuk merenungi momen kemerdekaan yang disambut suka cita oleh bangsa Indonesia. Kemerdekaan dimaknai dengan kasih sayang dan kemanusiaan.
Dengan mengangkat tema Proklamasi Kemanusiaan, Pengasuh Ngaji Suluk Maleman Habib Anis Sholeh Baasyin menjelaskan, makna kemerdekaan tak hanya terbebas dari penjajahan politik satu negara terhadap negara lain. Penjajahan juga bisa dilihat pada hilangnya otentisitas atau kebebasan berekspresi bangsa Indonesia.
Kemerdekaan sejatinya dimiliki setiap manusia. Namun manusia baru mungkin merealisasikannya setelah bisa menyingkirkan hawa nafsu dan keangkara murkaan pada dirinya.
“Terkadang merasa merdeka justru juga berbahaya. Karena menganggap dirinya merdeka justru tak mau diberi nasehat dan masukan,” ungkapnya.
Kemerdekaan jika tak bersyarat itu justru menjadi kekacauan. Manusia memang diciptakan dengan batas. Kemerdekaan hanya mungkin ada di dalam batas. Jika diluar batas justru akan tersesat.
“Air untuk mengalir terus hingga ke laut juga butuh batasan. Namun kadang merdeka dianggap tanpa batasan,” imbuhnya.
Sementara itu narasumber lain, Ali Fathan mengungkapkan kemerdekaan harus dimaknai dengan kasih sayang. Dengan begitu kemerdekaan itu akan selaras dengan kemanusiaan. Hal itu sama dengan kisah Nabi Muhammad setelah menaklukkan Mekkah.
“Setelah berhasil menaklukkan Mekkah, nabi justru menyebut jika hari itu adalah hari kasih sayang bukan pembalasan. Walaupun sebelumnya umat muslim mendapatkan perlakuan yang tidak enak. Itu menjadi bentuk kemanusiaan dan kemerdekaan,” jelas Ali. [can]
Editor : Miftakhul Munir