PATI – Pati memang dikenal sebagai daerah penyumbang produksi gula nasional. Tidak heran banyak sekali kebun tebu di wilayah ini. Mulai dari wilayah Pati utara hingga Pati Selatan.
Dalam sejarahnya sejak zaman kolonial Belanda, sudah ada pabrik gula berdiri di wilayah Pati. Dari tiga pabrik gula yang didirikan Belanda, saat ini masih ada dua pabrik gula yang beroperasi yaitu PG Trangkil dan PG Pakis. Satunya lagi adalah pabrik gula di Langse Margorejo namun sudah tutup operasionalnya.
Dengan Sejarah itulah Pati dipercaya sebagai daerah yang potensial terhadap pertanian tebu sebagai bahan utama gula.
Anggota DPRD Pati Kamari yakin bahwa pertanian tebu masih sangat prospektif di Indonesia, termasuk di wilayah Kabupaten Pati.
“Untuk tanaman tebu ini sangat prospek sekali karena dengan kebutuhan di Indonesia kita kan gulanya kurang secara otomatis kalau kurang itu sangat menarik dan itu menjanjikan,” ungkap pria yang juga menekuni pertanian tebu ini.
Menurut Kamai, tinggal nanti manajemen untuk tata niaganya, untuk mendukun prospek pertanian tebu hari ini.
“Jadi kalau tebu itu prospek, jelas itu prospek, karena satu alasannya itu adalah kebutuhan dengan produksi dalam negeri itu kurang, ya toh otomatis kan kalau barang kurang otomatis kan harganya bisa menarik lah. Tinggal nantinya untuk mengatasi kelangkaan tenaga kerja yang menjadi masalah bagi petani saat ini, karena kesulitan tenaga kerja,” papar pria yang saat ini menjadi ketua APTRI PG Trangkil ini.
Kamari menceritakan contohnya tenaga tebang tebu semakin lama semakin berkurang, tenaga kerja untuk perawatan juga semakin lama semakin berkurang karena yang kerja. (adv)
Editor : M Munir