SOSOK – Sebagai koreografer Budiono telah banyak menciptakan tari kreasi. Mengangkat tema kearifan lokal. Mengenalkan Kota Mina Tani melalui gerak gemulai para penari.
Alunan gamelan memenuhi seisi ruang sanggar. Suara hujan tenggelam dalam irama gamelan yang menentramkan itu. Anak-anak terlihat menikmati latihan sore itu. Mereka sedang berlatih menari. Budiono, sang pelatih, tampak serius memperhatikan gerak anan didiknya itu.
Sesekali Budiono menghampiri anak yang gerakannya belum benar. Dia lalu membetulkan sambil memberi contohnya. Sekitar satu jam lebih latihan sore itu akhirnya selesai. Budiono menghela nafas. Lalu mengambil sebotol air mineral dan meneguknya perlahan.
Pria lulusan S-1 Seni Tari ISI Surakarta ini memang menghabiskan banyak waktunya untuk mengajar menari. Warga Desa Semampir RT 02 RW 01 Kecamatan Pati ini sudah aktif berkesenian sejak bertahun-tahun lalu.

Budiono selalu terlibat dalam berbagai kegiatan seni pertunjukan. Budiono juga mengajar seni budaya di SMP Negeri 1 Pati. “Memang banyaknya berkecimpung di dunia seni. Saya seorang koreografer dan menjadi narasumber di berbagai pelatihan seni dan budaya. Sejak 2004 saya menjadi ketua LP3 Sanggar Seni Paringga Jati Raras,” papar pengurus Dewan Kesenian Kabupaten Pati ini.
Lebih lanjut, pria kelahiran Pati, 17 Agustus 1978 ini juga terkenal sebagai sosok seniman yang banyak melahirkan karya seni tari kreasi. Sudah puluhan tari kreasi diciptakan pria yang juga bisa mendalang ini.
Tari kreasi ciptaannya antara lain adalah Mak Jenthit, Penthul Tembem, Putri Pesisir, Minadri, Joko Lodra, Kudha Wirapati, Kelangan Dongeng, Gumregut Sengkut, Memetri Bumi, Nggayuh Kartika, Gebyar Nusantara Muda, Godril Pati, Janur Rinakit, dan masih banyak lainnya.
“Tari yang saya ciptakan lebih banyak mengangkat tema kearifan lokal di Kabupaten Pati. Seperti tari Putri Pesisir. Tarian itu mengisahkan tentang aktivitas masyarakat pesisir Juwana hingga Dukuhseti dalam menjaga alam pinggir pantai dengan menanam pohon mangrove. Inspirasi saat menciptakan tari kreasi banyak muncul di setiap saat dengan penuangan hasil pendekatan sosial budaya masyarakat sekitar Pati,” paparnya.
Ada beberapa tari kreasinya yang membuatnya berkesan. Yaitu Tari Gelora Nusantara Muda dan Kudha Wirapati. Tarian ini untuk menyambut Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, sedangkan Tari Kudha Wirapati ditampilkan secara massal saat acara car free day beberapa waktu lalu dengan jumlah penari sekitar 1.000 orang.
Bertahun-tahun menangani para penari, menjadi pengalamanan tersendiri bagi Budiono. Dia merasa bersyukur jika yang dilatih bisa disiplin dan hasilnya bagus. Namun terkadang dia juga mendapat penari yang harus dilatih dari nol. Karena skill dasar tari yang kurang, membuat sedikit kesulitan saat dilatih menari.
“Harapan saya para kawula muda masih mau dan aktif menjaga kelestarian seni dengan kreativitas mereka melalui program-program pemerintah termasuk lewat karang taruna seperti acara” sedekah bumi, hajatan dan lainnya. Jangan sampai nantinya kita belajar seni ke negeri orang karena sekarang banyak mahasiswa luar negeri yang belajar dan mengembangkan budaya Jawa di negaranya, baik itu tarian, wayang, dan gamelan,” pungkasnya. [can]
Editor : Fatwa